Senin, 07 Oktober 2013

BILA KUTITIPKAN

Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung
Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai
Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang
Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi
Kan kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku
Kusimpan sendiri badai resahku
Dalam angin desahku
Kusimpan sendiri gelombang geramku
Dalam laut pahamku
Kusimpan sendiri.

- Gus Mus-

SAJAK ATAS NAMA


ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan
ada yang atas nama negara merampok negara
ada yang atas nama rakyat menindas rakyat
ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia
ada yang atas nama keadilan meruntuhkan keadilan
ada yang atas nama persatuan merusak persatuan
ada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaian
ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan
maka atas nama apa saja atau siapa saja
kirimkanlah laknat kalian
atau atas nama Ku
perangilah mereka dengan kasihsayang
rembang – agustus 1997

- Gus Mus-

Hujan sore kemarin dan tadi malam

masih di pagi yang sama, 7 Oktober 2013.ini tulisan kedua ku pagi ini. aku takut kecolongan pikiran kali ini, makanya langsung kutuangkan.

kemarin sore memang tidak hujan kawan, tapi terjadi hujan pada hati, hati beberapa orang dan tidak menutup kemungkinan di hatiku. Hujan rintik kecil yang cukup membuat genangan jika tersumbat, bahkan mungkin bisa menjadi air bah. Untungnya regulasinya berjalan dan teratasi secara baik *ini bagiku. tidak bagi yang lain -mungkin-.. aku mungkin menjadi orang yang sok tahu keadaan, sok paham kondisi setiap orang disana, tapi terus terang itu karena mata ini melihat dan telinga ini mendengar. jika hidupku hanya untuk diriku sendiri mungkin aku tidak akan peduli dengan orang lain. tapi sungguh, aku bukan sampah, bukan orang yang tidak peduli dengan orang lain ( "orang yang tidak mematuhi peraturan adalah sampah, tapi orang yang tidak peduli dengan orang lain lebih rendah dari sampah" - Hatake Kakashi-). atau mungkin aku salah mengartikan kondisi selama ini. bisa jadi. tapi terlalu bodoh rasanya..aku tidak sedikit pun meminta untuk dimengerti oleh orang lain, cukup aku yang mencoba mengerti kalian. walaupun itu mencoba, karena aku tidak ingin menjadi orang yang egois. bertemu kalian orang-orang yang mengispirasi, orang-orang yang dari kalian aku mengetahui banyak pribadi. orang-orang yang saing peduli, orang-orang yang tidak ingin tinggal diam dengan masalah yang ada :) kalian luar biasaaa..

apa hubungannya dengan hujan tadi malam??

tadi malam hujan, bisa jadi ini mewakili perasaan seseorang. bisa jadi juga mewakili perasaanku. aku tidak pernah sepakat ketika ada kata ' jangan pakai perasaan', logika dan hati itu berjalan bersamaan, logika dituntun perasaan, perasaan yang bisa menumbuhkan kepekaan, menumbuhkan keingin tahuan, menumbuhkan kepedulian. kalau kata seseorang ' perasaan adalah yang paling jujur' *bisajadi.  hanya saja yang namanya perasaan itu perlu dan wajib dikontrol, sehingga tidak terhanyut suasana. - apa hubungannya dengan hujan yaaa??-  sudahlah, intinya hujan sudah membasuh kita. bukankah ini nikmat yang luar biasa? hujan  menghapus debu-debu yang melekat. hujan meluruhkan kekerasan. itu yang membuatku menyukai hujan.

 rahmat-Nya tak pernah putus. 

celoteh si penulis amatir.
7 Oktober 13



You Know You So Well

Ini memang terdengar seperti potongan lirik sebuah lagu, kira- kkra seperti itu. Tapi ini bukan lagu itu, ibi sebuah sugesti, ini sebuah pernyataan. You know you so well.. Kalau di artikan ke Indonesia kurang lebih artinya : kamu tahu kamu oke ( baik2 saja * iya gak sih ini artinya? Mklum my english not so well, hha) Sebenarnya bukan terjemahannya yang menjadi kunci bahasan, tapi maknanya.. 

 Oke,. Baik2 saja atau tidaknya diri kita, kita sendirilah yang paling tahu, bukan orang lain. Seperti apa kita sebenarnya, kita sendiri jugalah yang paling tahu. Orang lain mungkin dapat melihat, mendengar, memperhatikan kita. Tapi tidak mutlak apa yang orang pikirkan tentang kita itu benar, dan tidak mutlak yang mereka pikirkan itu salah. Itu usaha mereka untuk memahamimu, tetapi siapa kamu, orang seperti apa kamu, untuk apa kamu, hanya dirimu yang paling tahu, hanya kamu yang paling paham. Kadang hal-hal yang kita pahami tentang diri kita, memaksa kita untuk memperkenalkannya, memberitahu, bahkan tak jarang menunjukkan ‘ini diriku’, ‘aku seperti ini..’ kepada orang lain. Hal ini memang terlihat memaksa, cenderung egois, tapi hal ini pula yang membuat orang saling tertarik akan pribadi sekitarnya. Tidak perlu menyalahkan diri ketika kamu berada dalam posisi egois karena sudah lakonnya manusia seperti itu, yang perlu sekarang adalah meyakinkan diri, Siapa aku, untuk siapa aku, bagaimana aku hanya aku yang lebih tahu. Si penulis amatiran. 7 oktober 13
Published with Blogger-droid v2.0.9

Minggu, 06 Oktober 2013

si penulis amatir.

aku sudah bisa memastikan tulisan yang kubuat tidak sebagus tulisan dia, dia, dia atau dia, bahkan mereka. aku hanya menulis tentang apa yang kupikirkan. Hingga tulisan itu pun jarang bermakna AMBIGU. itu yang membuatku takut menuliskan sesuatu, tentang banyak hal  yang terus berkelebat didalam pikiraan. Andai saja apa yang ingin ditulis bisa langsung tertuliskan. ( ahh, jangan berandai-andai).

terang saja ku akui, aku tidak terlalu baik dalam menulis, tak jarang, justru sering tulisan yang kutulis membuat heboh orang lain. bukan karena bagusnya atau enaknya dibaca serta bukan karena nilai seni nya, tapi karena tulisanku sering membuat masalah. terlebih masalah untuk diri ini sendiri. tidak sekali dua kali aku mengalaminya, seriing.

terlepas dari yang diatas, aku begitu terinspirasi dari mereka yang notabene nya penulis terkenal, aku juga terinspirasi dari beberapa blog teman2 kampus yang aku suka cara mereka menulis, mengalir adanya, bahasa yang cerdas, dan mengena. hal-hal tersebut juga yang membuatku ingin mencoba waupun tak sebagus hasil yang mereka tulis.

aku masih sangat amatir, masih perlu banyak belajar dari sekian banyak buku yang kubaca (*ceritanya punya hobby baca) , tapi kenapa ya tetap saja tidak seelok mereka. ya, ini mungkin yang dinamakan penulis amatir, yang mencoba asal tulis, ceplas ceplos, suka-suka, dan berceloteh sesukanya.

si penulis yang amatir, berusaha untuk tidak amatir. :)